Sate Klatak dan Tengkleng, Olahan Unik dari Daging Kambing
Daging kambing yang dimasak gulai atau sate mungkin sudah biasa. Namun, apakah Anda pernah mencoba olahan unik dari daging kambing yaitu sate klatak dan tengkleng? Sate dan tengkleng sudah menjadi makanan yang banyak digemari, terutama oleh masyarakat Solo dan Yogyakarta.
Tidak heran, mengingat daging kambing yang empuk dipadukan dengan bumbu dan rempah-rempah yang meresap, membuat makanan ini sangat enak untuk dinikmati. Jika Anda menggemari masakan olahan daging, wajib mencicipi sate klatak dan tengkleng. Sate klatak adalah makanan khas Bantul, Yogyakarta, yang berbahan dasar daging kambing.
Tidak seperti sate pada biasanya, sate ini ditusukkan menggunakan jeruji besi. Selain itu, di saat sate lainnya diolah menggunakan berbagai bumbu dan kecap, sate klatak hanya menggunakan garam dan ketumbar.
Sementara itu, tengkleng adalah sajian khas Solo yang menyerupai gulai. Meski begitu, berbeda dengan gulai, tengkleng berisi tulang, kaki, iga, dan jeroan kambing. Banyak orang menikmati sensasi menggerogoti tulang serta menghisap sumsum yang ada di dalam tulang ketika menyantap tengkleng.
Sejarah Sate Klatak dan Tengkleng
Sate klatak dan tengkleng tidak terlepas dari sejarah yang unik dan bahkan memilukan. Sate klatak sendiri pertama kali dirintis oleh Mbah Ambyah. Pada saat itu, ia memiliki banyak kambing dan berniat untuk berjualan sate.
Ada beberapa versi asal mula nama sate klatak. Ada yang mengatakan bahwa pada awalnya Mbah Ambyah berjualan sate di bawah pohon melinjo, di mana buahnya sering disebut sebagai “klatak”. Sementara itu, ada juga yang mengatakan bahwa percikan garam yang disiram ke bara arang menimbulkan suara “tak..tak..” yang menjadi asal mula nama sate klatak.
Penggunaan jeruji besi dipilih agar proses pembakaran sate lebih merata ke dalam daging kambing dibandingkan dengan menggunakan tusuk sate dari kayu. Ini karena sifat dari besi yang mampu menghantarkan panas dengan baik.
Sementara, tengkleng memiliki sejarah yang lebih memilukan. Makanan ini pertama kali dibuat pada masa penjajahan Jepang di mana banyak orang kesulitan makan. Daging kambing biasanya hanya dapat dinikmati oleh kalangan menengah ke atas, sementara masyarakat miskin hanya mampu menyantap sisa-sisa tulang.
Oleh karena itu, mereka berusaha mengolah tulang dan jeroan menggunakan berbagai macam bumbu dan rempah-rempah sehingga tetap lezat untuk disantap. Nama tengkleng sendiri berasal dari bunyi tulang-tulang yang dituang ke dalam piring seng yang banyak dimiliki oleh masyarakat miskin pada saat itu.
Proses Pembuatan Sate Klatak dan Tengkleng
Meski terlihat sederhana, mengolah sate klatak memerlukan cara khusus. Proses pemilihan dan penyembelihan kambing serta pengolahan dagingnya harus tepat supaya tidak menyisakan bau amis atau bau khas kambing. Salah satu tips yang bisa dilakukan adalah dengan mencampurkan perasan jeruk nipis ke daging kambing.
Kemudian daging kambing dimarinasi menggunakan bumbu-bumbu seperti garam dan merica, serta tambahan bawang merah dan putih jika ingin menambah rasa. Setelah didiamkan selama 2 jam, tusukkan daging ke jeruji besi, kemudian bakar hingga matang.
Sementara, rahasia kelezatan tengkleng terletak pada bumbu dan rempah yang lengkap. Selain itu, proses merebus yang lama dengan api kecil juga membuat bumbu lebih meresap, serta daging dan jeroan terasa lebih empuk.
Indonesia kaya akan sajian khas nusantara, seperti sate klatak dan tengkleng. Ternyata tidak hanya diolah menjadi sate, gulai, atau tongseng, kita dapat menikmati daging kambing dengan cara lain yang tidak kalah nikmat misalnya sate tengkleng. Tertarik untuk mencobanya?